Berbagai indikator memperlihatkan kondisi bangsa menuju
kebangkrutan. Parahnya, negara mengarah pada kegilaan yang berakar dari
moralitas pemimpin,
“Negara ini sudah gila. Politisi, koruptor
yang mencuri dan merampok malah memberi khotbah ke kita-kitya untuk
jangna mencuri, jangan merampok. Kan gila” kata ketua Umum Pengurus
pusat Nasional Demokrat Surya Paloh dalam silaturrahmi dengan sejumloah
tokoh nasional di kantor PP muhammadiyah, jakarta 16/6 bulan lalu.
Silaturrahmi
itu antara lain diikuti mantan wakil presiden jusuf kalla, ketua umum
PP Muhammadiyah Din Syamsudin, ketua MPR Taufik kiemas, Ketua Umum
partai hanura Wiranto, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Azumardi
Azra, mantan Rektor UGM sofyan Efendi, dan mantan mentri koordinator
perekonomian Rizal Ramli.
Menurut surya, pemimpin bangsa harus
bertanggunbg jawab atas kondisi bangsa. “ ketika negara terpuruk, siapa
yang salah? Ya, para petingginya. Kalau negara menciptakan kebijakan ya,
petingginya juga yang mendapat pahala. Jadi, pemimpin tinggal pilih mau
mendapatkan pahala atau dosa,” tegas dia. Sayangnya tambah surya,
pemimpin bangsa belum mamapu menentukan skala prioritas. “ akal sehat
saya terasa aneh melihat republik ini. Ketika menjadi negara terkorup
se-Asia tidak menggelar jumpaipers, eh giliran ada SMS langsung
konfirmasi pers”, kata surya. Padahal pemimpin semestinya berperan
sebagai lokomotif pergerakan bangsa. “kalau lokomotif bangsa ini tidak
jujur pada dirinya sendiri, negara akan benar-benar mengalami kegagalan
dan kebangkrutan. Katakan tidak untuk pemerintah yang gagal, kita harus
cepat-cepat bertindak ,” lanjutnya. Adapun jusuf kalla optimis indonesia
masih merupakan negara yang kuat dan tidak mengarah ke kebangkrutan.
Akan tetapi lanjut dia, negara harus dikelola dengan baik dan benar
untuk kepentingan nasional. Jangan samapi sumer daya alam yang ada
dikuasai tidak benar tanpa sengaja dan tanpa aturan yang benar tuturnya.
Akan
tetapi, din syamsudin menilai indikasi negara menuju arah kebangkrutan
semakin terlihat tatkala undang-undang dan negara seakan melegitimasi
tindak korupsi.
“ ini sungguh memprihatinkan. Inilah yang kita
hadapi. Situasi kebangsaan yang menuju kebangkrutan . yang paling bahaya
adalah korupsi dikuasai negara ,” ujar Din
Taufiq Kiemas
menyoroti kondisi bangsa yang mulai meninggalkan ideologi pancasila.
“saat ini ideologi pancasila mulai ditinggalkan. Pemerintah dan DPR yang
paling tepat disalahkan,” tuturnya akubatnya, tambah dia, meski APBN
mencapai Rp 1.300 Triliun, pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa
terhadap kondisi negara yang menuju kebangkrutan. “ ini sangat aneh.
Baanayak uang kita tapi tidak bisa apa-apa terhadap kondisi negara yang
menuju kebangkrutan. Uang banyak, tapi tidak bisa berbuat apa. Namun
malahan menjadi sasaran tindak pidana korupsi,” katanya.
Azyumardi
Azra. menmabhkan, indeks korupsi di indonesia saat ini justru mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. “ ini menunjukkan kegagalan
penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi. Meski sudah ada UU dan
lembaga penegak hukum sepertti KPK, penegak hukum belum berjalan dengan
baik”, ucapnya (sumber media indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar