Senin, 22 Oktober 2012

SIAPA AKU ?

Siapa Aku?  ini adalah kata  yang cocok kiranya untuk menanyakan diriku yang sedang gundah gulana dengan kehidupan ku yang seraba eforia hingga penyaringan dalam diri telah terabaikan, bahkan untuk mengatakan TIDAK diriku tak mampu kulakukan lagi, padahal jika kucermati dari pesan seorang sahabat "mampu berkata TIDAK  adalah sebuah  konsekuensi hidup untuk meraih cita". Dan ia menambahkan lagi “ jiak ingin sukses mintalah pada dirimu sendiri”.
Rabu/4 mei 2011jelas membakar kecemburuan yang mendalam yang belum pernah kurasakan selama ini, setelah membaca rubrik berita majalah  POTRET yang memang selalu membutku amazing, lantaran selalu mengekspose prerstasi- prestasi para kartini-kartini aceh yang berbakat dan pantas dibanggakan. Walau  dengan berbagai latar belakang pendidikan yang berbeda tapi mereka mampu membuktiakan  kekartiniannya, mulai dari ibu rumah tangga hingga sarjana, juga dengan prestasi yang berbeda mulai dari seniman, penulis dan ilmuan, namun dari sekian banyak yang ku dapatkan dua remaja putri (revita dan yulia) jelas mebuat ku Iri. Haru becampur malu telah membuat nyaliku terkalahkan oleh remaja  didikan FATIH BILINGUAL SCHOOL ini, yang berhasil  mengalahkan putra putri pilihan se indonesia dalam meraih mendali emas  di level nasional dalam program ISPO. dua remaja cantik inipun  diJadikan duta indonesia untuk bertarung dilevel internasional. Membanggakan!
Bercermin dari hal di atas. Ini merupakn cita-cita besarku yang pernah ku perdengarkan pada ibundaku  tercinta, namun sampai sekarang impian besar itu belum mampu ku wujudkan. dan aku memarahi pribadiku yang tidak sejalan dengan cita-citaku. pengaruh lingkungan jelas telah memporak-porandakan bakat dan minat yang pernah kumiliki. kedisiplinan yang tak mampu ku peragakan lagi, dengan dalih kesibukan yang tak terkendali adalah modus baru bagiku untuk menghancurkan diriku sendiri. mentalitas kolonial yang sebisa mungkin kuminimalisir juga belum bisa ku dapatkan hasil yang memuskan, padahal ku akui hidup di dunia mederen ini sangat butuh konsekuensi tinggi. Keurgenan akan pengetahuan dan prestasi yang tinngi untuk mudah dalam menggapai kehidupan yang layak dalam bermasyarakat jelas tak mungkin bisa di sepelekan, namun keparadoksian yang ku alami.  asyik dengan kemilau dunia yang hanya sesaat tanpa harus memikirkan tujuan  kedepan. penyadran diri pribadi kiranya jelas tidak relevan lagi mengingat kerasnya hati yang selalu salah dalam mengambil sampel pribadi yang pantas dijadikan teladan hidup yang berarti. John R. Noe salah seorang pembicara handal dari AS suku Indiana yang berdomisili di kalifornia dengan tegas mengatan. Tuhan menciptakna hambanyanya bukanlah untuk menjalankan kehidupan namun Tuhan menciptakan kita adalah untuk hidup. aku bangga dengan motto tersebut walau kelihatan nampak simpel namun mengandung makna yang begitu dalam. Tapi walaupun kuakui pribadiku mengagumi gagasan tersebut tetap saja aku asyik tidur dengan impian yang tak pernah kucoba untuk ku implementasi. Berharap emas turun dari langit scara tiba-tiba, jelas bukanlah pola fikir para intelek sekaliber mahsiswa. Namun apa yang harus kulakukan???
Nampaknya sepele namun sangat berat untuk mengubah kehidupan yang telah beranak pinak dengan kemalasan dan kelalain. Namun yang namanya manusia tetap memiliki sifat yang tidak dimiliki makhluk Tuhan yang lainnya ianya adalah sifat Hanif. Mungkin dengan selalu merenungkan bahwa tujun Hidupuku Untuk Hidup dan Tujuan ku  Kuliah membanggakan orang-orang yang kusayang dan yang menyayang sangat memadai untuk sebuah perubahan.

Lewat tulisan sederhana ini aku meminta komentar teman-teman, semoga kebaikan kita semua dibalas setimpal apa yang telah kita berikan terhadap sesame seperti yang telah di janjikanNya dalam nash yang sering kita temukan...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar